Pages

Tuesday, May 14, 2013

LAND CLEARING DAN PENANAMAN KARET DALAM PROGRAM TU


Land clearing dan penanaman karet adalah salah satu mekanisme terangkai dalam mewujudkan tanaman sehat dan berproduksi tinggi, kali ini saya akan membagikan mekanisme tersebut yang pastinya bersumber dari sang ahli (Balai Penelitian Sungei Putih). baca selengkapnya

Balai Penelitian Sungei Putih
 Pusat Penelitian Karet

Peremajaan karet (Tanam Ulang) adalah salah satu program dalam manajemen pengelolaan kebun karet yang harus dipersiapkan sejak awal.  Penyiapan lahan (land clearing) adalah tahapan pertama yang harus dilakukan  dalam program peremajaan karet. Land clearing adalah tahapan penyiapan lahan mulai dari pembongkaran lahan sampai dengan membajak, yang dilakukan setelah tanaman tidak produktif lagi atau tanaman akan diremajakan. Tidak semua lahan dipersiapkan dengan cara yang sama, di beberapa perusahaan perkebunan besar menerapkan metode yang berbeda tergantung dari pihak menajemen perusahaan. Penyiapan lahan yang sempurna akan berpengaruh terhadap pertanaman karet. Tanah yang ”bersih” dari sisa-sisa perakaran dan konsistensinya  gembur akan meningkatkan kesuburan fisika tanah sehingga akan merangsang pertumbuhan akar tanaman karet.

I.             PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PEKERJAAN
            Jadwal pekerjaan harus disusun berdasarkan urutan pekerjaan yang akan dilakukan, sesuai dengan luas yang akan ditanam ulang.  Pembuatan blok sangat penting sebagai satuan luas administrasi dan semua pekerjaan akan diperhitungkan dalam satuan blok demi blok. Untuk areal yang rata atau berombak akan lebih mudah dalam pembagian blok, tetapi untuk areal bergelombang atau berbukit akan memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Tidak jarang batas blok menggunakan batas-batas alam seperti sungei, rendahan dan tanda-tanda lain di lapangan.
Penjadwalan pekerjaan tanaman ulang akan terkait dengan penyediaan alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan penumbangan, pengolahan tanah, penyediaan tenaga kerja, perjanjian kerjasama dengan pihak pemborong pekerjaan dan persyaratan administrasi lainnya. Mengingat sebagian besar pekerjaan akan menghadapi tantangan alam, maka jadual kerja yang disusun akan sangat tergantung dari kondisi setempat dan hendaknya disesuaikan terutama dengan kondisi iklim disamping ketersediaan tenaga kerja dan pendanaan. Jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan kondisi musim kemarau dan penghujan. Pengaturan waktu harus akurat agar ketika penanaman bibit karet di lapangan jatuh pada awal-awal musim hujan. Berikut adalah contoh penjadwalan di Sumatera Utara.

Tabel 1. Jadwal Penyiapan lahan di Sumatera Utara
Bulan
Jenis pekerjaan
Oktober-Februari
§  Penumbangan pohon
§  Pengumpulan dan pembakaran
Maret- Agustus
§  Pengolahan tanah: ripper I, II; luku I, II; ayap akar; dan meratakan tanah
September – Desember
§  Pemancangan
§  Pembuatan lubang tanam
§  Penanaman kacangan penutup tanah
§  Penanaman bibit karet.

II.            LAND CLEARING

II.1 PENYIAPAN LAHAN SECARA MANUAL
            Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pada perkebunan rakyat yang luasannya relatif kecil, penyiapan lahan biasanya dilakukan dengan cara manual dan khemis, dengan menggunakan peralatan seadanya dan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan.  Perusahaan perkebunan besar biasanya menggunakan cara mekanis dalam penyiapan lahan. Cara ini membutuhkan biaya yang tinggi dibandingkan dengan cara manual maupun khemis. Urutan penyiapan lahan secara manual adalah sebagai berikut :
Tebas/Imas
Penebasan dilakukan untuk membuang kayu-kayu kecil dan gulma. Alat- alat yang digunakan biasanya parang.
Penebangan Kayu
Penebangan kayu secara manual biasanya menggunakan parang panjang, Kapak besar atau dengan gergaji konvensional. Tunggul yang disisakan adalah 30 cm dari permukaan tanah.
Penyincangan/perajangan
Setelah kayu tumbang ranting dipotong kecil-kecil untuk dijual atau dijadikan bahan bakar  batang dipotong sesuai kebutuhan untuk dijual. Apabila tidak laku dijual dibiarkan membusuk dengan sendirinya.
Pembakaran dan peracunan tunggul
Pembakaran dilakukan hanya pada kayu-kayu yang tidak bisa atau tidak laku dijual. Apabila tidak laku dijual dibiarkan dan di beri racun agar cepat busuk. Tunggul yang tertinggal juga di beri racun agar lebih cepat busuk.
Pengumpulan dan Pembakaran ulang
Kayu yang masih berserakan dan tidak habis terbakar maupun yang sudah mulai busuk dikumpulkan menjadi satu di suatu tempat dan dibakar ulang atau dibiarkan membusuk sehingga lahan terlihat bersih. Land Clearing dengan cara manual mempunyai kelemahan yakni memakan waktu yang lebih lama yakni 2 bulan atau lebih dan potensi penyakit jamur akar putih tinggi.

II.2 PENYIAPAN LAHAN SECARA MEKANIS
Peremajaan tanaman karet secara mekanis berkembang di Indonesia setelah perang dunia ke-2. Cara peremajaan mekanis ini lebih disukai di Sumatera Utara untuk mengatasi penyakit jamur akar putih yang sangat berbahaya. Dengan peremajaan secara mekanis maka sumber infeksi penyakit akar putih baik yang berupa tunggul atau akar-akar yang sakit dapat disingkirkan dari areal penanaman.
            Saat pembukaan lahan dilakukan menjelang musim kemarau, dimaksudkan agar tanaman yang ditebang segera akan mengering. Kondisi kering ini akan mempermudah dalam penanganan selanjutnya, apakah kayu hasil penebangan akan dimanfaatkan sebagai bahan keperluan rumah tangga maupun dibakar. Di wilayah Indonesia umumnya musim kemarau jatuh pada bulan Februari – Juni, sebaiknya penyiapan lahan dimulai pada bulan oktober. Tahapan penyiapan lahan secara mekanis adalah sebagai berikut :
Penebangan pohon
Tahap pertama pembukaan lahan dimulai dengan penebangan pohon karet tua dengan menggunakan gergaji (Chain saw), atau dengan cara mekanis didorong menggunakan ekscavator sehingga perakaran karet ikut terbongkar. Penumbangan pohon dilakukan dengan arah yang teratur agar tidak mengganggu kelancaran pekerjaan selanjutnya. Pohon yang telah tumbang segera dipotong-potong dengan panjang sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Kayu log yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan kayu asap atau dijual ke pabrik pengolahan kayu untuk bahan industri perkayuan. Bagian-bagian cabang dan ranting yang tertinggal dipotong-potong lebih pendek lagi untuk memudahkan pengumpulan pada jalur yang telah ditetapkan.
Sambil menunggu pekerjaan memotong ranting yang tersisa, pekerjaan penumbangan dilanjutkan dengan membongkar tunggul tanaman karet yang masih tersisa di lapangan. Pembongkaran tunggul dilakukan dengan menggunakan buldozer sehingga sebagian besar tunggul dan akar tanaman karet dapat terangkat. Semua tunggul yang telah dibongkar bersama dengan sisa cabang dan ranting dibersihkan dengan cara dirumpuk (dikumpulkan) pada tempat-tempat tertentu diusahakan agar terkena sinar matahari sebanyak-banyaknya sehingga cepat kering. Jarak antara tumpukan kayu karet diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu pekerjaan pengolahan tanah dan tumpang tindih dengan barisan tanaman.
Apabila pekerjaan di atas sudah selesai tahap selanjutnya adalah dilakukan pengolahan tanah. Dalam pengolahan tanah disamping target utamanya menyediakan ruang tumbuh akar yang baik juga sedapat mungkin menghilangkan sumber penyakit yang ada dalam tanah terutam jamur akar putih. Dengan pengolahan tanah, maka tubuh tanah menjadi gembur (remah) dan poreus, sehingga aerasi tanah menjadi lancar. Disamping itu, sisa-sisa akar yang mungkin menjadi sumber infeksi penyakit JAP akan terangkat kepermukaan tanah. Tahapan dalam pengolahan tanah adalah sebagai berikut :
Ripper
            Pekerjaan riiper dilakukan untuk mengangkat sisa-sisa akar tanaman yang belum terangkat melalui pembongkaran tunggul dan masih tertinggal di dalam tanah. Pengangkatan sisa akar ini ditujukan agar akar mempunyai kesempatan terkena sinar matahari dalam jangka waktu tertentu sehingga memungkinkan inokulum JAP yang masih tersisa dalam tanah akan mati.
            Pelaksanaan ripper dilakukan dua kali dengan menggunakan alat ripper yang ditarik dengan menggunakan traktor rantai. Pekerjaan ini dilakukan dua kali terhadap seluruh areal yang akan ditanam ulang dengan kedalaman garpu sekitar 45 cm. Agar akar yang terangkat ke permukaan tanah kering sempurna, maka antara ripper I dan ripper II diberi tenggang waktu 2-3 minggu. Selanjutnya agar hasil pekerjaan tersebut sempurna maka arah riiper I dan ripper II saling bersilangan dan tegak lurus satu sama lain.
Luku
Proses pekerjaan luku ditujukan untuk menghancurkan dan membalik tubuh tanah bagian atas menjadi agregat yang lebih kecil. Karena ada proses pembalikan tanah, maka diharapkan sumber penyakit yang ada dalam tanah akan terkena sinar matahari dan mati. Selain itu, dengan adanya penghancuran tubuh tanah, maka tanah menjadi poreus, tidak padu dan akhirnya mudah ditembus akar tanaman karet yang masih mengalami pertumbuhan. Dengan mudahnya pertumbuhan akar tanaman karet maka jangakuan akar menjadi semakin luas sehingga kemampuan memperoleh suplai hara maupun air semakin banyak.
Seperti halnya ripper, pekerjaan luku juga dilakukan dua kali. Pekerjaan ini dilakukan dengan alat piringan luku yang ditarik menggunakan traktor ban. Kedalam luku minimal 40 cm sesuai dengan distribusi akar serabut tanaman karet. Luku dilakukan sebanyak 2 kali dengan arah menyilang saling tegak lurus satu sama lainnya, interval waktu antara luku I dan luku II selang 21 hari.
Ayap akar
            Pekerjaan ayap akar dilakukan untuk mengumpulkan sisa-sisa potongan akar karet yang terungkap ke permukaan tanah baik melalui proses ripper maupun luku. Pekerjaan ini ditujukan untuk memperkecil resiko serangan JAP akibat tersisanya inokulum penyakit yang masih tertinggal bersama dengan sisa akar tanaman.
            Semua sisa akar tanaman dan potongan kayu karet yang masih tertinggal diayap secara manual dan dikumpulkan di tempat tertentu untuk mempermudah pemusnahannya. Pekerjaan ini dilakukan dengan 5 rotasi masing-masing ayap akar I dikerjakan setelah ripper I, ayap akar II setelah ripper II, ayap akar III setelah luku I, ayap akar IV setelah luku II, dan ayap akar V setelah rajang.
Rajang
            Kegiatan rajang dilakukan untuk meratakan bongkahan-bongkahan tanah sebagai akibat pekerjaan luku. Arah dari pekerjaan rajang menyilang tegak lurus dengan luku II dengan interval waktu yang diperlukan selam 21 hari setelah pekerjaan luku II selesai.

II.3 PENYIAPAN LAHAN SECARA KHEMIS
Pada areal tertentu seperti daerah dengan topografi bergelombang dan berbukit serta daerah rendahan dimana pekerjaan persiapan lahan tidak mungkin dilakukan secara mekanis, maka penggunaan cara khemis menjadi pilihan sistem pembukaan lahan yang tepat. Penyiapan lahan secara khemis yang dijadikan target utama adalah membersihkan areal dan mengurangi sumber inokulum penyakit akar terutama inokulum jamur akar putih. Sedangkan target penyediaan ruang tumbuh akar hanya dilakukan dengan menggemburkan tanah pada saat pembuatan lubang tanam. Karena yang diutamakan dalam cara ini adalah mengurangi sumber inokulum JAP maka pada waktu penumbangan pohon, sisa tunggul yang ada dalam tanah harus mati dengan sempurna. Cara ini dapat dilakukan dengan memberikan bahan kimia yang meracuni tanaman dan mencegah tumbuhnya JAP. Peramajaan kimiawi dengan peracunan pohon atau peracunan tunggul dilakukan untuk mempercepat proses pembusukan akar tanaman karet agar tidak dapat menjadi inang (host) dari JAP (Rigidoporus lignosus). Urutan pekerjaan dalam penyiapan lahan secara kimiawi adalah sebagai berikut :
Penumbangan dan pengumpulan pohon
            Penumbangan pohon dilakukan dengan kapak ataupun chain saw pada ketinggian 50 cm dari permukaan tanah. Sisa tunggul yang ada ditujukan untuk memudahkan dalam proses peracunan pohon. Untuk memudahkan dalam proses pekerjaan selanjutnya, penumbangan dilakukan dengan merobohkan tanaman pada arah yang teratur sehingga tidak tumpang tindih dengan jalur penanaman.
            Batang, cabang dan ranting yang tidak dapat dimanfaatkan dipotong-potong dan dikumpulkan pada jalur yang telah ditentukan. Apabila dijumpai tanaman yang terserang penyakit JAP, segera dilakukan pembongkaran tunggul beserta akarnya. Bagian-bagian tersebut dikumpulkan dan dibakar habis agar tidak menjadi sumber infeksi JAP bagi tanaman karet muda yang akan ditanam.


Peracunan tunggul
            Peracunan tunggul dapat dilakukan dengan 2,4,5-T ataupun garlon. Dalam hal memakai 2,4,5-T maka dipergunakan 5% butyl ester 2,4,5-T dalam minyak solar dengan cara melumaskan larutan dengan menggunakan kuas pada pangkal tunggul dengan ketinggian 20 cm dari permukaan tanah dengan lebar 20 cm.
            Apabila menggunakan garlon maka terlebih dahulu dilakukan pengupasan kulit pada ketinggian 10 cm dari tanah dengan lebar pengupasan 20 cm. Peracunan dengan cara ini dilakukan dengan melumaskan larutan  10% garlon dalam minyak solar. Pelumasan diberikan pada bagian tunggul yang sudah dikupas kulitnya secara merata. Cara ini hanya efektif apabila dilakukan pada tunggul kayu karet yang masih segar.
Pengimasan dan penyemprotan gulma
            Pada kondisi areal yang pertumbuhan gulmanya cukup tinggi (>30 cm) disertai dengan anak kayu, diperlukan pekerjaan pengimasan dan penyemprotan herbisida untuk pembersihan lahan. Tahapan yang harus dilakukan yaitu membabat secara merata gulma yang tumbuh dan mengimas serta merumpuk anak kayu yang tumbuh agar pekerjaan penyemprotan areal menjadi mudah. Selanjutnya dilakukan penyemprotan rumput dengan menggunakan herbisida sistemik maupun kontak. Penyemprotan rumput dilakukan dengan rotasi 3 kali. Interval waktu yang diperlukan antar penyemprotan antara 2-3 minggu.
            Untuk areal dengan vegetasi lalang, penyemprotan herbisida dilakukan 2 kali. Pertama areal lalang disemprot secara menyeluruh dilanjutkan dengan penyemprotan kedua secara spot. Interval waktu antara rotasi I dan II berkisar 3-4 minggu. Agar efektivitas penyemprotan dapat tercapai disarankan agar kondisi daun lalang yang disemprot masih muda. Apabila kondisi daun tua, sebaiknya dilakukan pembabatan terlebih dahulu, selanjutnya setelah tumbuh daun, baru dilakukan tindakan penyemprotan.
            Selain faktor umur daun, efektivitas penyemprotan ilalang juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Keberhasilan penyemprotan akan tinggi apabila dalam waktu 4-6 jam setelah penyemprotan herbisida tidak terjadi hujan. Apabila kondisi tersebut harus dihadapi, penyemprotan harus diulang kembali. Selanjutnya areal yang sudah disemprot diberi tanda sesuai dengan tanggal penyemprotan, daun yang sudah mulai mengering agar dijaga dari resiko kebakaran.

ALTERNATIVE PENYIAPAN LAHAN SECARA MEKANIS         
Tidak semua lahan dipersiapkan dengan cara yang sama, di beberapa perusahaan perkebunan besar menerapkan metode yang berbeda tergantung dari pihak menajemen perusahaan. berikut adalah tahap-tahap land clearing tanpa ayap akar :
Penumbangan dan pengumpulan pohon
Tanaman tua ditumbangkan dengan meggunakan chain saw atau dengan didorong sampai tumbang dengan menggunakan bulldozer. Sewaktu penumbangan dengan chain saw tunggul harus disisakan sepanjang 30 cm untuk memudahkan dalam pembongkaran dan pencabutannya. Pohon karet yang sudah ditumbang kemudian di potong-potong sesuai keperluan misalnya untuk kayu log. Ranting dan cabang biasanya dikumpulkan sebagai sumber bahan bakar atau sebagai kayu asap.
Pembongkaran dan pengumpulan tunggul/perumpukan
Pembongkaran tunggul dilakukan dengan mendorong tunggul yang disisakan sepanjang 30 cm menggunakan crawler tractor dan dikumpulkan pada tiap-tiap barisan yang berjarak 10m. Di beberapa tempat sisa-sisa tunggul masih bisa dijual sehingga akan mengurangi biaya pengangkutan. Tunggul-tunggul yang sudah kering dikumpulkan menjadi beberapa bagian (spot-spot) lalu dibakar. Saat ini pembakaran sudah dilarang dalam penyiapan lahan, untuk mempercepat pelapukan sisa tunggul maka dapat dibantu dengan penanaman kacangan penutup tanah. Untuk daerah-daerah berlereng sisa tunggul didorong ke daerah lembahan dan diharapkan akan melapuk dengan sendirinya.
Ripper
Ripper dilakukan apabila tahap pembongkaran sudah selesai dan sisa-sisa tunggul sudah dirumpuk menjadi spot-spot dan tidak berada dalam barisan lagi. Ripper dilakukan empat kali, Ripper pertama dilakukan mengelilingi blok lalu ke arah Timur-Barat, Ripper kedua ke arah Utara-Selatan, Ripper ketiga dan keempat kearah diagonal. Untuk lahan-lahan yang miring  putaran pertama dilakukan ke atas dan kemudian ke bawah lalu dilanjutkan dengan rippper kedua dan seterusnya. Alat yang digunakan adalah Ripper yang ditarik dengan traktor. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan sisa akar yang masih tertinggal ketika pembongkaran. Dalam pengelolaan perkebunan karet diusahakan agar akar berada di permukaan dan terkena cahaya matahari, tujuannya adalah untuk  mengurangi potensi JAP dari sisa akar tanaman karet.
C-Tine Plow
C tine plow adalah tahapan pengumpulan akar yang tersisa setelah di ripper. Alat yang digunakan adalah traktor yang dilengkapi dengan C-Tine plow.
Harrow
Bajak dilakukan 2 kali . bajakan pertama ke arah Utara-Selatan dan yang kedua ke arah Timur-Barat. Alat yang digunakan adalah tractor yang dilengkapi dengan 24 disk flow. Tujuannya adalah untuk menggemburkan tanah.
Pemancangan dan pembuatan lubang tanam
Pemancangan adalah tahapan pemberian tiang pancang pada lokasi lubang tanam. Pemancangan dilakukan berdasarkan jarak pertanaman yang akan diterapkan. Setelah dipancang beberapa hari mendekati penanaman polibeg dilakukan pelubangan dengan holedigger atau secara manual dengan cangkul dengan kedalaman kira-kira 50 cm. Pada saat penanaman pertautan okulasi harus berada 10 cm di dalam tanah dari permukaan, tujuannya adalah untuk mencegah munculnya kaki gajah.
Penanaman kacangan penutup tanah
Penanaman kacangan penutup tanah dapat dilakukan sebelum atau sesudah bibit karet di tanam. Sebaiknya sebelum penyiapan kacangan penutup tanah sudah dilakukan, agar ketika penanaman bibit karet kacangan sudah mulai menutupi lahan.

III.       KONSERVASI TANAH/PENGAWETAN TANAH

            Indonesia merupakan daerah dengan iklim tropika basah, masalah erosi merupakan salah satu penyebab menurunnya kesuburan tanah. Tanpa kita sadari setiap tahun selapis tipis tanah permukaan tererosi. Meskipun berjalan lambat, namun proses ini hampir secara berkesinambungan merusak lahan. Peristiwa ini terjadi pada daerah yang sangat luas dan kesudahannya baru diketahui setelah beberapa tahun kemudian. Guna menghindari keadaan yang lebih buruk sebagai akibat adanya erosi tanah, dalam pengusahaan budidaya karet harus disertai usaha konservasi/pengawetan tanah. Tujuan utamanya agar air hujan yang jatuh dapat ditampung, ditahan lebih lama agar meresap ke dalam tanah, terdapat persediaan air yang cukup terutama pada musim kemarau.
Pembuatan teras
Tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi erosi yaitu dengan pembuatan teras, benteng, rorak maupun parit di areal penanaman karet. Cara ini dalam pengawetan tanah berfungsi untuk memperlambat aliran permukaan dan menampung serta menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak.
            Tindakan pengawetan tanah pada budidaya tanaman karet yang akan diterapkan, didasarkan pada kelas kemiringan lahan yang ada. Berdasarkan kemiringannya, lahan dibagi ke dalam 4 kelas  yaitu :
  1. Tanah datar (0-3%)
Pada tanah datar tidak diperlukan pembuatan benteng, rorak, maupun teras. Umumnya yang dibutuhkan yaitu adanya drainase untuk menampung dan mengalirkan air yang berlebihan.
  1. Tanah bergelombang (4-10%)
Pada daerah dengan kemiringan 3-8% mulai nampak adanya erosi alur. Ini terjadi karena air tekonsentrasi dan mengalir pada tempat-tempat tertentu sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada tempat tersebut. Untuk mengatasinya diperlukan pembuatan benteng dan rorak.
  1. Tanah berbukit (11-100%)
Pada areal berbukit yang diusahai menjadi perkebunan karet, diperlukan pembuatan teras bersambung.
  1. Tanah curam (>100%)
Pada tanah curam ditetapkan untuk tidak diusahakan sebagai sebagai perkebunan karet tetapi dipelihara dengan penutup tanah yang berguna ataupun sebagai hutan lindung.
Teras bersambung dibuat berdasarkan derajat kemiringan lahan dan jarak antar kontur diambil dari rata-rata kemiringan lahan. Makin tinggi kemiringannya maka jarak antar kontur semakin jauh. Lebar teras sekitar 2 m dengan permukaan teras miring kedalam ke arah lereng dengan sudut kemiringan 10o. Bagian dalam dari tiap titik penanaman dalam teras dibuat rorak (lubang sedalam 1.5-2m) untuk menampung kelebihan air ketika hujan turun.
Pembuatan saluran drainase
            Drainase areal sering menjadi masalah utama yang dijumpai pada daerah datar, rendahan, dan areal yang sering kebanjiran. Selama masalah drainase belum teratasi, maka segala tindakan kultur teknis yang diterapkan pada budidaya karet tidak akan menampakkan hasil. Untuk mengatasinya diperlukan pembuatan saluran drainase yang berguna untuk mencegah genangan air dan menurunkan permukaan air tanah. Banyaknya saluran tergantung dari kondisi lahan, keadaan banjir, kedalaman gambut ataupun tinggi rendahnya permukaan air tanah. Hal yang perlu diperhatikan sebelum membangun saluran drainase yaitu harus direncanakan terlebih dahulu dimana titik pembuanganya, kemana arahnya, dan berapa debit air yang harus dibuang. Dengan data yang diperoleh selanjutnya ditentukan berapa lebar dan dalam saluran yang akan dibuat dan tingkat jaringan saluran yang diperlukan.


IV.       PEMBANGUNAN PENUTUP TANAH

            Pembangunan penutup tanah di perkebunan karet semenjak awal masa penanaman telah menjadi baku kultur teknis. Penutup tanah memberikan berbagai keuntungan yaitu meningkatkan kesuburan tanah, melindungi permukaan tanah dari bahaya erosi, memperbaiki sifat-sifat tanah akibat pembakaran, mendorong pertumbuhan tanaman karet sehingga mempercepat tercapainya matang sadap, menekan serangan penyakit jamur akar putih, dan menekan biaya pengendalian gulma. Secara konvensional pembangunan kacangan dilakukan secara manual dimana pengendalian gulma dilakukan dengan tenaga manusia. Sungguhpun cara ini efektif, tetapi membutuhkan tenaga kerja yang banyak, biaya yang tinggi dan pengawasan yang intensif serta mendorong terjadinya erosi tanah. Untuk mengatasi masalah tersebut di atas herbisida dapat digunakan dalam pembangunan kacangan. Dengan pemakaian herbisida kontak maupun pra tumbuh, pembangunan kacangan dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah dan tenaga kerja yang lebih sedikit.
            Pada areal peremajaan, sebagian lahan biasanya sudah ditumbuhi oleh sisa kacangan (konvensional) pada saat penanaman sebelumnya. Untuk mencegah timbulnya gulma di areal yang sudah dipersiapkan sebaiknya segera ditanami kacangan. Penundaan penanaman berarti menambah biaya penyiangan.  Hal ini berarti akan merugikan bagi pengusah karet.
            Ada beberapa macam komposisi benih kacangan yang sudah diketahui. Macam-macam komposisi ini berkembang sesuai dengan penelitian dan pengalaman bertahun-tahu di lapangan. Beberapa jenis kacangan yang dapat digunakan sebagai penutup tanah di perkebunan karet diantaranya :
1.                  Kacangan campuran konvensional
Kacangan campuran konvensional terdiri dari Pueraria phaseoloides, Calopogonium mucunoides, dan  Centrosena pubescens merupakan penutup tanah yang ideal di perkebunan karet. Campuran konvensional memberikan bahan organik dan unsur hara ke dalam tanah lebih banyak dibandingkan dengan rumput alami, melindungi tanah dengan sempurna dari erosi, dan memberikan efek penekanan terhadap serangan JAP.
Dapat dibangun dengan teknik yang sederhana baik secara manual bila tenaga kerja cukup tersedia maupun secara kimiawi. Kelemahannya yakni kurang toleran terhadap suasana ternaung sehingga pertumbuhannya berangsur-angsur tertekan bila tajuk tanaman karet menutup permukaan tanah.
2.                  Serelum (Calopogonium caeruleum)
Serelium memberikan bahan organik lebih banyak dari yang dihasilkan kacangan konvensional dan melindungio permukaan tanah dari erosi setaraf atau lebih baik dari kacangan campuran konvensional.
Secara kumulatif serelium mendorong pertumbuhan tanaman karet setaraf atau ada kalanya lebih baik dibandingkan  campuran kacangan konvensional. Juga berperan menekan secara efektif serangan JAP. Dibanding dengan kacangan lainnya, serelium lebih toleran terhadap suasana ternaung dan kekeringan, kurang disukai hama; selama masa TM serelium dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet. Pertumbuhan awalnya lebih lambat menutup permukaan tanah deibanding dengan kacangan konvensional.


  1.  Mucuna bracteata
Mucuna bracteata merupakan jenis kacangan baru yang diintroduksi dari negara India. Penggunaannya di perkebunan karet baru dilakukan selama 3 tahun terakhir. Meskipun demikian jenis kacangan ini banyak diminati pekebun karet karena dapat secara efektif menutup permukaan tanah pada masa TBM. Secara visual penggunaan Mucuna bracteata pada areal TBM karet dapat mendorong pertumbuhan tanaman karet setaraf dengan kacangan campuran konvensional maupun serelium. Jenis kacangan ini menghasilkan bahan organik cukup besar dan pertumbuhannya sangat cepat. Pengamatan di lapangan pertumbuhan sulur kacangan yang sehat dapat mencapai >10 cm setiap 24 jam dan dengan penanaman sama banyak dengan jumlah tegakan karet per hektar, ternyata dalam waktu 6 bulan dapat menutup pemukaan tanah dengan sempurna. Dari kenyataan tersebut dapat dikatakan mukana sangat efektif melindungi permukaan tanah dari erosi terutama pada masa TBM. Dibanding dengan kacangan lainnya, Mucuna bracteata lebih toleran terhadap suasana ternaung dan kekeringan, kurang disukai hama dan tidak disukai ternak, sehingga jenis kacangan ini sangat cocok untuk dipergunakan pada areal TBM yang potensial mendapat gangguan ternak lembu maupun kambing. Selama masa TM Mucuna bracteata masih dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet. Kelemahannya karena pertumbuhan Mucuna bracteata sangat cepat, konsekuensinya frekuensi rotasi pengendalian sulur menjadi lebih sering. Dalam dua minggu, apabila pertumbuhan sulur tidak dikendalikan maka akan melilit batang tanaman karet.
Membangun penutup tanah kacangan dengan herbisida pra tumbuh
            Dalam menggunakan herbisida pratumbuh, prasyarat yang harus dipenuhi sebelum penyemprotan dilakukan adalah lahan harus bebas dari gulma yang tumbuh dan bahan pembiak vegetatif gulma serta potongan-potongan kayu yang menghalangi kontak herbisida dengan tanah.
            Penanaman biji kacangan dilakukan secara menugal dalam 4 barisan, masing-masing berjarak 1 meter di tengah gawangan. Campuran biji kacangan yang ditanam dicampur lagi dengan Rock Phosphat sebanyak 25 kg/ha pada saat hendak menanam. Saat menanam biji kacangan adalah setelah tanah selesai diolah sempurna dan bahan pembiak vegetatif gulma serta potongan-potongan kayu telah disingkirkan.

Tabel 2. Komposisi campuran kacangan yang akan ditanam dapat dipilih sebagai berikut :
Jenis kacangan
Campuran I
Campuran II
.…..kg……
Pueraria phaseoloides
5
3
Calopogonium mucunoides
5
2
Centrosema pubescens
5
1
Calopogonium caeruleum
0.25
0.25

            Penyemprotan herbisida pratumbuh dilakukan 1-2 hari sesudah penanaman kacangan. Penyemprotan dilakukan merata di atas permukaan tanah (blanket) dengan alat penyemprot knapsak, nozel polijet warna biru, tinggi nozel 50 cm dari permukaan tanah, kecepatan jalan menyemprot 2 km/jam.

Tabel 3. Herbisida pratumbuh yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

Herbisida
Bahan aktif
Produsen
Dosis (produk/ha)
Air pelarul (liter)





Gesapax
Ametryne, 80%wp
Cibe Geigy
2 kg
600
Tribuni
Methabenzthiazuron 70%wp
Bayer
2 kg
600
Goal
Oxyfluorfen 2% ec
Rohm&Has
1.5 liter
600

Sketsa jarak tanam penutup tanah campuran dengan tanaman utama
 


§
¨
©
ª
¨
§
¨
©
ª
¨
§
¨
©
ª
¨
§

¨
©
ª
¨

¨
©
ª
¨

¨
©
ª
¨


¨
©
ª
¨

¨
©
ª
¨

¨
©
ª
¨


¨
©
ª
¨

¨
©
ª
¨

¨
©
ª
¨


¨
©
ª
¨

¨
©
ª
¨

¨
©
ª
¨

§
¨
©
ª
¨
§
¨
©
ª
¨
§
¨
©
ª
¨
§

¨
©
ª
¨

¨
©
ª
¨

¨
©
ª
¨


¨
©
ª
¨

¨
©
ª
¨

¨
©
ª
¨


¨
©
ª
¨

¨
©
ª
¨

¨
©
ª
¨


¨
©
ª
¨

¨
©
ª
¨

¨
©
ª
¨

§
¨
©
ª
¨
§
¨
©
ª
¨
§
¨
©
ª
¨
§
Keterangan :
§ : Tanaman karet
¨ : PJ , ©: CM, ª : CP
Khusus untuk penutup tanah Mucuna bracteata karena di indonesia tidak mengeluarkan biji maka perbanyakannya dilakukan dengan cara vegetatif. Untuk pembangunan kacangan dengan penutup tanah Mucuna bracteata setidaknya di butuhkan jumlah bibit polibeg Mucuna dengan jumlah yang sama dengan polibeg bibit karet.  Polibeg Mucuna di tanam di antara pohon karet pada gawangannya. Bibit harus dibawa dengan hati-hati agar akar tidak putus dari tanah. Pada awal penanaman harus betul-betul diperhatikan masalah penyiraman bibit Mucuna bracteata jangan sampai mengalami kekeringan.
Membangun penutup tanah kacangan dengan herbisida kontak
            Adakalanya areal yang telah terbuka tidak segera ditanami kacangan berhubung kesulitan tenaga dan lain-lain sehingga areal yang selesai diolah ditumbuhi gulma kembali. Pada areal peremajaan kimiawi gulma tetap tumbuh di lapangan. Bila gulma tumbuh di lapangan, penanaman kacangan dilakukan dengan cara membuat terlebih dahulu jalur penanaman kacangan. Jalur penanaman kacangan dapat dibuat dengan tenaga manual maupun dengan penyemprotan herbisida secara blanket. Bila cara manual ditempuh, jalur penanaman kacnagn dibuat dalam gawangan sebanyak 3 jalur yang sejajar dengan barisan karet masing-masing selebar 0.5 m, jarak antara jalur 1.5 m. Di dalam jalur kacangan yang dibuka secara manual, penanaman biji kacangan dapat segera dilakukan. Cara manual membutuhkan tenaga yang lebih besar.
            Bila jalur dibuat dengan penyemprotan herbisida, penyemprotan dilakukan secara blanket di dalam gawangan. Herbisida yang digunakan adalah Para-Col 2.0-2.5 l/ha dengan air pelarut 600 l/ha. Bila gulma terdiri dari jenis berdaun pit dan banyak jenis berdaun lebar herbisida yang dipakai adalah cmpuran Para-Col 2.0-2.5 l ditambah 2,4D amine 1.5 l/ha dalam pelarut 600 l air.
Pemeliharaan dan pemurnian kacangan
            Pengendalian gulma yang tumbuh diantara tanaman kacangan di dalam jalur penanaman kacngan dilakukan secara manual dengan rotasi 3 minggu. Dalam waktu 2 bulan setelah penyemprotan herbisida Para-Col, jalur penyemprotan Para-Col yaitu diantara jalur-jalur kacangan dan antara kacangan dengan bariasn tanaman karet, mulai ditumbuhi gulma kembali. Jalur tersebut disemprot ulang dengan Para-Col secara spot spraying sesuai dengan pertumbuhan gulma. Konsentrasi herbisida Para-Col tetap sama yaitu 0.3% sedangkan jumlah larutan disesuaikan dengan kebutuhan. Penyemprotan pemurnian biasanya perlu dilakukan 3 kali dan herbvisida Para-Col yang diperlukan sekitar 3 l/ha.

V.          PENANAMAN TANAMAN KARET
Pemancangan
            Kegiatan penanaman tanaman karet dimulai dengan penentuan jarak tanam. Pada saat ini banyak dianut jarak tanam yang dapat mengahasilkan kerapatan tanaman per hektar yang tinggi. Hal ini dikarenakan pengalaman pada masa sebelumnya kerpatan tanaman pada skala 450 pohon/ha sampai dengan akhir masa penyadapan kerapatan tinggal sekitar 200 pohon/ha atau lebih rendah. Di daerah Sumatera Utara, penurunan kerapatan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, tetapi yang terutama dikarenakan serangan penyakit JAP dan angin. Oleh karena itu sekarang banyak pekebun memilih menggunakan kerapatan pohon sekitar 400-500 pohon/ha.
            Setelah penentuan jarak tanam dilakukan, selanjutnya dilakukan pemancangan titik tanam di lapangan. Dimulai dengan pancang kepala dengan arah barisan tanaman timur barat terutama pada daerah datar, sedangkan pada daerah dengan topografi bergelombang-berbukit, arah barisan disesuaikan dengan kontur. Idealnya jarak antar kontur merupakan jarak antar barisan tanaman, sedangkan jarak antar tanaman merupakan jarak penanaman dalam kontur. Diantara pancang kepala dibuat anak pancang yang merupakan titik-titik penanaman tanaman karet. Pancang kepala dibuat lebih tinggi dari anak pancang agar memudahkan dalam meluruskan barisan tanam. Kompas dan tali atau kawat diperlukan untuk menentukan arah dan jarak antar tanaman dalam barisan.
Pemancangan dan Pembuatan lubang tanam
            Lubang tanam dibuat minimal 2 minggu sebelum tanam dengan maksud agar ada kesempatan untuk diperiksa jumlah maupun ukurannya, tanah cukup matang dan tidak terburu-buru waktu tanam. Pada titik pancang dibuat lubang tanam dengan ukuran 70x70x60.
Pada saat penggalian lubang tanam, tanah bagian atas (top soil) diletakkan disebelah kanan lubang dan sub soil diletakkan disebelah kiri lubang tanam. Dalam pelaksanaannya tidak jarang dijumpai lubang tanam dibuat 1-2 hari sebekum tanam atau bersamaan waktu tanam. Hal ini tidak dianjurkan mengingat kesempatan untuk memeriksa kebenaran ukuran lubang sangat singkat.
Sebelum penanaman dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan pemupukan lubang tanam dengan menggunakan pupuk RP dengan dosis pemupukan setiap lubang tanam 250 g. Pemberien pupuk ini dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan akar karet yang beru ditanam. Pupuk dicampurkan secara merata pada tanah yang akan digunakan untuk menimbun kembali tanaman karet yang ditanam.
Penanaman karet
            Penanaman karet dilakukan pada musim hujan besar. Di Sumatera Utara musim hujan secara umum dimulai pada bulan September, sehingga saat tersebut merupakan awal yang baik untuk memulai penanaman dan harus berakhir sebelum awal musim kemarau. Sebelum penanaman karet dilakukan hendaknya pemeriksaan lubang tanam sudah selesai dilakukan. Mal ukuran lubang dapat digunakan untuk membantu dalam kecepatan pemeriksaan ukuran lubang tanam.
            Sebelum bibit diangkut ke lapangan, hendaknya dikelompokkan terlebih dahulu untuk mendapatkan keseragaman pertumbuhan. Selain itu bibit yang akarnya sudah menembus polibeg hendaknya dilakukan pemutaran polibeg agar akar yang menembus tanah terputus. Pemutaran dilakukan minimal 2 minggu sebelum bibit ditanam dengan tujuan untuk memberikan kesempatan akar yang terputus sudah mengalami regenerasi.
            Peta blok pananaman dipersiapkan untuk mengendalikan bibit yang akan dikirim ke lapangan dan mengatur dimana bibit harus diturunkan. Sebelum bibit dikirim ke lapangan, hendaknya disiram air sampai kapasitas lapang dengan maksud jika setelah ditanam tidak ada hujan beberapa hari, masih cukup persediaan  airnya dan untuk mengurangi kekeringan pada perakaran. Bibit yang polibegnya robek harus diikat dengan tali agar tidak pecah ketika diangkut ke lapangan.
            Banyak bibit yang akan ditanam harus disesuaikan dengan kemampuan tenaga kerja, kendaraan pengangkut, kondisi jalan, cuaca dan lain-lain agar bibit yang diangkut ke lapangan hari itu semua dapat tertanam (tidak menginap). Pengeceran bibit polibeg perlu dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terputusnya akar tanaman karet.
            Bibit yang didistribusikan ke lapangan diletakkan di samping lubang tanam. Dalam lubang disesuaikan dengan tinggi polibeg. Dasar polibeg disayat dengan pisau dan bibit diletakkan dalam lubang tanam. Dari bagian samping plastik disayat dan dilepaskan dari bibit, diletakkan di atas pancang sebagai tanda bahwa palstik sudah dibuka.
            Arah mata okulasi diseragamkan menghadap gawangan pada tanah rata, sedangkan pada tanah yang berlereng mata okulasi diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras. Pada saat penanaman, pertautan okulasi diatur sedemikian rupa sehingga setelah ditimbun tanah, pertautan okulasi akan tertimbun sekitar 10 cm di bawah permukaan tanah. Setelah persyaratan dipenuhi, tanah sub soil ditutupkan terlebih dahulu kemudian disusuk dengan tanah top soil. Pemadatan tanah dilakukan dengan tangan mulai dari bagian pnggir ke arah tengah atau diinjak pelan-pelan tetapi jangan sampai mengenai tanah polibeg. Tanah pada bagian tanaman dibuat cembung untuk menghindari air hujan yang menggenang.
            Sehari sesudah penanaman, mandor dan pekerja yang khusus ditugaskan memeriksa areal yang sudah ditanam untuk melakukan pengecekan penanaman. Tanaman yang ditanam terlalu dalam, kurang dalam, miring, tergenang air, bibit kerdil yang ikut tertanam dan lain-lain perlu segera diperbaiki atau diganti.
Pertanaman karet di Sumatera utara umumnya miring ke arah Timur Laut hal ini disebabkan karena : deklinasi utara matahari dan intensitas penyinaran matahari di waktu pagi lebih besar daripada sore hari. Dengan menggunakan arah barisan tanaman Utara-Selatan maka miringnya tanaman akan searah dengan barisan tanaman. Hal ini akan memperbesar kerusakan tanaman karena angin. Untuk dapat menyerap energi matahari semaksimal mungkin arah barisan tanaman hendaklah Timur-Barat dengan mata okulasi menghadap kearah Utara-Selatan guna menghindarkan energi terik yang terlalu kuat. Dengan menggunakan arah barisan tanaman Timur-Barat maka jumlah pohon yang langsung menghadap angin lebih kecil, umumnya angin bertiup dari Barat ke Timur ke arah gawangan sehingga aerasi dalam kebun lebih baik dan kerusakan akibat angin mengecil.

No comments:

Post a Comment