Balai Penelitian Sungei
Putih
Pusat Penelitian Karet
Pusat Penelitian Karet
Peremajaan karet (Tanam Ulang) adalah salah satu program dalam
manajemen pengelolaan kebun karet yang harus dipersiapkan sejak awal. Penyiapan lahan (land clearing)
adalah tahapan pertama yang harus dilakukan
dalam program peremajaan karet. Land
clearing adalah tahapan penyiapan lahan mulai dari pembongkaran lahan
sampai dengan membajak, yang dilakukan setelah tanaman tidak produktif lagi
atau tanaman akan diremajakan. Tidak semua lahan dipersiapkan dengan cara yang
sama, di beberapa perusahaan perkebunan besar menerapkan metode yang berbeda
tergantung dari pihak menajemen perusahaan. Penyiapan lahan yang sempurna akan
berpengaruh terhadap pertanaman karet. Tanah yang ”bersih” dari sisa-sisa
perakaran dan konsistensinya gembur akan
meningkatkan kesuburan fisika tanah sehingga akan merangsang pertumbuhan akar
tanaman karet.
I.
PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PEKERJAAN
Jadwal pekerjaan harus disusun
berdasarkan urutan pekerjaan yang akan dilakukan, sesuai dengan luas yang akan
ditanam ulang. Pembuatan blok sangat
penting sebagai satuan luas administrasi dan semua pekerjaan akan
diperhitungkan dalam satuan blok demi blok. Untuk areal yang rata atau berombak akan lebih
mudah dalam pembagian blok, tetapi untuk areal bergelombang atau berbukit akan
memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Tidak jarang batas blok
menggunakan batas-batas alam seperti sungei, rendahan dan tanda-tanda lain di
lapangan.
Penjadwalan pekerjaan tanaman ulang akan terkait
dengan penyediaan alat-alat yang digunakan dalam pekerjaan penumbangan,
pengolahan tanah, penyediaan tenaga kerja, perjanjian kerjasama dengan pihak
pemborong pekerjaan dan persyaratan administrasi lainnya. Mengingat sebagian
besar pekerjaan akan menghadapi tantangan alam, maka jadual kerja yang disusun
akan sangat tergantung dari kondisi setempat dan hendaknya disesuaikan terutama
dengan kondisi iklim disamping ketersediaan tenaga kerja dan pendanaan. Jadwal
pembukaan lahan harus disesuaikan dengan kondisi musim kemarau dan penghujan.
Pengaturan waktu harus akurat agar ketika penanaman bibit karet di lapangan
jatuh pada awal-awal musim hujan. Berikut adalah contoh penjadwalan di Sumatera
Utara.
Tabel 1. Jadwal Penyiapan
lahan di Sumatera Utara
Bulan
|
Jenis pekerjaan
|
Oktober-Februari
|
§ Penumbangan pohon
§ Pengumpulan dan pembakaran
|
Maret- Agustus
|
§ Pengolahan tanah: ripper I, II; luku I, II;
ayap akar; dan meratakan tanah
|
September –
Desember
|
§ Pemancangan
§ Pembuatan lubang tanam
§ Penanaman kacangan
penutup tanah
§ Penanaman bibit karet.
|
II.
LAND CLEARING
II.1
PENYIAPAN LAHAN SECARA MANUAL
Penyiapan
lahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pada perkebunan rakyat yang
luasannya relatif kecil, penyiapan lahan biasanya dilakukan dengan cara manual
dan khemis, dengan menggunakan peralatan seadanya dan tanpa memperhatikan
kelestarian lingkungan. Perusahaan
perkebunan besar biasanya menggunakan cara mekanis dalam penyiapan lahan. Cara
ini membutuhkan biaya yang tinggi dibandingkan dengan cara manual maupun
khemis. Urutan penyiapan lahan secara manual adalah sebagai berikut :
Tebas/Imas
Penebasan dilakukan untuk membuang kayu-kayu kecil dan gulma. Alat- alat yang digunakan biasanya parang.
Penebangan Kayu
Penebangan kayu secara manual biasanya menggunakan parang panjang,
Kapak besar atau dengan gergaji konvensional. Tunggul yang disisakan adalah 30
cm dari permukaan tanah.
Penyincangan/perajangan
Setelah kayu tumbang ranting dipotong kecil-kecil untuk dijual atau
dijadikan bahan bakar batang dipotong
sesuai kebutuhan untuk dijual. Apabila tidak laku dijual dibiarkan membusuk
dengan sendirinya.
Pembakaran dan peracunan
tunggul
Pembakaran dilakukan hanya pada kayu-kayu yang tidak bisa atau tidak
laku dijual. Apabila tidak laku dijual dibiarkan dan di beri racun agar cepat
busuk. Tunggul yang tertinggal juga di beri racun agar lebih cepat busuk.
Pengumpulan dan Pembakaran
ulang
Kayu yang masih berserakan dan tidak habis terbakar maupun yang
sudah mulai busuk dikumpulkan menjadi satu di suatu tempat dan dibakar ulang
atau dibiarkan membusuk sehingga lahan terlihat bersih. Land Clearing dengan
cara manual mempunyai kelemahan yakni memakan waktu yang lebih lama yakni 2
bulan atau lebih dan potensi penyakit jamur akar putih tinggi.
II.2
PENYIAPAN LAHAN SECARA MEKANIS
Peremajaan tanaman karet secara mekanis berkembang
di Indonesia setelah perang dunia ke-2. Cara peremajaan mekanis ini lebih
disukai di Sumatera Utara untuk mengatasi penyakit jamur akar putih yang sangat
berbahaya. Dengan peremajaan secara mekanis maka sumber
infeksi penyakit akar putih baik yang berupa tunggul atau akar-akar yang sakit
dapat disingkirkan dari areal penanaman.
Saat pembukaan lahan dilakukan
menjelang musim kemarau, dimaksudkan agar tanaman yang ditebang segera akan
mengering. Kondisi kering ini akan mempermudah dalam penanganan selanjutnya,
apakah kayu hasil penebangan akan dimanfaatkan sebagai bahan keperluan rumah
tangga maupun dibakar. Di wilayah Indonesia umumnya musim kemarau
jatuh pada bulan Februari – Juni, sebaiknya penyiapan lahan dimulai pada bulan
oktober. Tahapan penyiapan
lahan secara mekanis adalah sebagai berikut :
Penebangan pohon
Tahap pertama pembukaan lahan dimulai dengan
penebangan pohon karet tua dengan menggunakan gergaji (Chain saw), atau dengan cara mekanis didorong menggunakan
ekscavator sehingga perakaran karet ikut terbongkar. Penumbangan pohon dilakukan dengan arah yang
teratur agar tidak mengganggu kelancaran pekerjaan selanjutnya. Pohon yang
telah tumbang segera dipotong-potong dengan panjang sesuai dengan ukuran yang
dikehendaki. Kayu log yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan kayu asap
atau dijual ke pabrik pengolahan kayu untuk bahan industri perkayuan.
Bagian-bagian cabang dan ranting yang tertinggal dipotong-potong lebih pendek
lagi untuk memudahkan pengumpulan pada jalur yang telah ditetapkan.
Sambil menunggu pekerjaan memotong ranting yang
tersisa, pekerjaan penumbangan dilanjutkan dengan membongkar tunggul tanaman
karet yang masih tersisa di lapangan. Pembongkaran tunggul dilakukan dengan
menggunakan buldozer sehingga sebagian besar tunggul dan akar tanaman karet
dapat terangkat. Semua tunggul yang telah dibongkar bersama dengan sisa cabang
dan ranting dibersihkan dengan cara dirumpuk (dikumpulkan) pada tempat-tempat
tertentu diusahakan agar terkena sinar matahari sebanyak-banyaknya sehingga
cepat kering. Jarak antara tumpukan kayu karet diatur sedemikian rupa agar
tidak mengganggu pekerjaan pengolahan tanah dan tumpang tindih dengan barisan
tanaman.
Apabila pekerjaan di atas sudah selesai tahap
selanjutnya adalah dilakukan pengolahan tanah. Dalam pengolahan tanah disamping
target utamanya menyediakan ruang tumbuh akar yang baik juga sedapat mungkin
menghilangkan sumber penyakit yang ada dalam tanah terutam jamur akar putih.
Dengan pengolahan tanah, maka tubuh tanah menjadi gembur (remah) dan poreus,
sehingga aerasi tanah menjadi lancar. Disamping itu, sisa-sisa akar yang
mungkin menjadi sumber infeksi penyakit JAP akan terangkat kepermukaan tanah.
Tahapan dalam pengolahan tanah adalah sebagai berikut :
Ripper
Pekerjaan riiper dilakukan untuk mengangkat
sisa-sisa akar tanaman yang belum terangkat melalui pembongkaran tunggul dan
masih tertinggal di dalam tanah. Pengangkatan sisa akar ini ditujukan agar akar
mempunyai kesempatan terkena sinar matahari dalam jangka waktu tertentu
sehingga memungkinkan inokulum JAP yang masih tersisa dalam tanah akan mati.
Pelaksanaan
ripper dilakukan dua kali dengan
menggunakan alat ripper yang ditarik
dengan menggunakan traktor rantai. Pekerjaan ini dilakukan dua kali terhadap
seluruh areal yang akan ditanam ulang dengan kedalaman garpu sekitar 45 cm. Agar akar yang terangkat ke permukaan
tanah kering sempurna, maka antara ripper
I dan ripper II diberi tenggang
waktu 2-3 minggu. Selanjutnya agar hasil pekerjaan tersebut sempurna maka arah riiper I dan ripper II saling bersilangan dan tegak lurus satu sama lain.
Luku
Proses pekerjaan luku ditujukan untuk
menghancurkan dan membalik tubuh tanah bagian atas menjadi agregat yang lebih
kecil. Karena ada proses pembalikan tanah, maka diharapkan sumber penyakit yang
ada dalam tanah akan terkena sinar matahari dan mati. Selain itu, dengan adanya
penghancuran tubuh tanah, maka tanah menjadi poreus, tidak padu dan akhirnya
mudah ditembus akar tanaman karet yang masih mengalami pertumbuhan. Dengan
mudahnya pertumbuhan akar tanaman karet maka jangakuan akar menjadi semakin
luas sehingga kemampuan memperoleh suplai hara maupun air semakin banyak.
Seperti halnya ripper,
pekerjaan luku juga dilakukan dua kali. Pekerjaan ini dilakukan dengan alat piringan luku yang ditarik menggunakan
traktor ban. Kedalam luku minimal 40 cm sesuai dengan distribusi akar serabut
tanaman karet. Luku dilakukan sebanyak 2 kali dengan arah menyilang saling
tegak lurus satu sama lainnya, interval waktu antara luku I dan luku II selang
21 hari.
Ayap akar
Pekerjaan ayap akar
dilakukan untuk mengumpulkan sisa-sisa potongan akar karet yang terungkap ke
permukaan tanah baik melalui proses ripper
maupun luku. Pekerjaan ini ditujukan untuk memperkecil resiko serangan JAP
akibat tersisanya inokulum penyakit yang masih tertinggal bersama dengan sisa
akar tanaman.
Semua sisa akar tanaman
dan potongan kayu karet yang masih tertinggal diayap secara manual dan
dikumpulkan di tempat tertentu untuk mempermudah pemusnahannya. Pekerjaan ini
dilakukan dengan 5 rotasi masing-masing ayap akar I dikerjakan setelah ripper I, ayap akar II setelah ripper II, ayap akar III setelah luku I,
ayap akar IV setelah luku II, dan ayap akar V setelah rajang.
Rajang
Kegiatan rajang dilakukan
untuk meratakan bongkahan-bongkahan tanah sebagai akibat pekerjaan luku. Arah
dari pekerjaan rajang menyilang tegak lurus dengan luku II dengan interval
waktu yang diperlukan selam 21 hari setelah pekerjaan luku II selesai.
II.3 PENYIAPAN LAHAN SECARA KHEMIS
Pada areal tertentu seperti daerah dengan
topografi bergelombang dan berbukit serta daerah rendahan dimana pekerjaan
persiapan lahan tidak mungkin dilakukan secara mekanis, maka penggunaan cara
khemis menjadi pilihan sistem pembukaan lahan yang tepat. Penyiapan lahan
secara khemis yang dijadikan target utama adalah membersihkan areal dan
mengurangi sumber inokulum penyakit akar terutama inokulum jamur akar putih.
Sedangkan target penyediaan ruang tumbuh akar hanya dilakukan dengan menggemburkan
tanah pada saat pembuatan lubang tanam. Karena yang diutamakan dalam cara ini
adalah mengurangi sumber inokulum JAP maka pada waktu penumbangan pohon, sisa
tunggul yang ada dalam tanah harus mati dengan sempurna. Cara ini dapat
dilakukan dengan memberikan bahan kimia yang meracuni tanaman dan mencegah
tumbuhnya JAP. Peramajaan kimiawi dengan peracunan pohon atau peracunan tunggul
dilakukan untuk mempercepat proses pembusukan akar tanaman karet agar tidak
dapat menjadi inang (host) dari JAP (Rigidoporus lignosus). Urutan pekerjaan
dalam penyiapan lahan secara kimiawi adalah sebagai berikut :
Penumbangan dan pengumpulan pohon
Penumbangan pohon dilakukan dengan kapak ataupun chain saw pada ketinggian 50 cm dari
permukaan tanah. Sisa tunggul yang ada ditujukan untuk memudahkan dalam proses
peracunan pohon. Untuk memudahkan dalam proses pekerjaan selanjutnya,
penumbangan dilakukan dengan merobohkan tanaman pada arah yang teratur sehingga
tidak tumpang tindih dengan jalur penanaman.
Batang, cabang dan ranting
yang tidak dapat dimanfaatkan dipotong-potong dan dikumpulkan pada jalur yang
telah ditentukan. Apabila dijumpai tanaman yang terserang penyakit JAP, segera
dilakukan pembongkaran tunggul beserta akarnya. Bagian-bagian tersebut
dikumpulkan dan dibakar habis agar tidak menjadi sumber infeksi JAP bagi
tanaman karet muda yang akan ditanam.
Peracunan tunggul
Peracunan tunggul dapat
dilakukan dengan 2,4,5-T ataupun garlon. Dalam hal memakai 2,4,5-T maka
dipergunakan 5% butyl ester 2,4,5-T dalam minyak solar dengan cara melumaskan
larutan dengan menggunakan kuas pada pangkal tunggul dengan ketinggian 20 cm
dari permukaan tanah dengan lebar 20 cm.
Apabila menggunakan garlon
maka terlebih dahulu dilakukan pengupasan kulit pada ketinggian 10 cm dari tanah
dengan lebar pengupasan 20 cm. Peracunan dengan cara ini dilakukan dengan melumaskan larutan 10% garlon dalam minyak solar. Pelumasan
diberikan pada bagian tunggul yang sudah dikupas kulitnya secara merata. Cara
ini hanya efektif apabila dilakukan pada tunggul kayu karet yang masih segar.
Pengimasan dan penyemprotan gulma
Pada kondisi areal yang
pertumbuhan gulmanya cukup tinggi (>30 cm) disertai dengan anak kayu,
diperlukan pekerjaan pengimasan dan penyemprotan herbisida untuk pembersihan
lahan. Tahapan yang harus dilakukan yaitu membabat secara merata gulma yang
tumbuh dan mengimas serta merumpuk anak kayu yang tumbuh agar pekerjaan
penyemprotan areal menjadi mudah. Selanjutnya
dilakukan penyemprotan rumput dengan menggunakan herbisida sistemik maupun
kontak. Penyemprotan rumput dilakukan dengan rotasi 3 kali. Interval waktu yang
diperlukan antar penyemprotan antara 2-3 minggu.
Untuk areal dengan
vegetasi lalang, penyemprotan herbisida dilakukan 2 kali. Pertama areal lalang
disemprot secara menyeluruh dilanjutkan dengan penyemprotan kedua secara spot.
Interval waktu antara rotasi I dan II berkisar 3-4 minggu. Agar efektivitas
penyemprotan dapat tercapai disarankan agar kondisi daun lalang yang disemprot
masih muda. Apabila kondisi daun tua, sebaiknya dilakukan pembabatan terlebih
dahulu, selanjutnya setelah tumbuh daun, baru dilakukan tindakan penyemprotan.
Selain faktor umur daun,
efektivitas penyemprotan ilalang juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca.
Keberhasilan penyemprotan akan tinggi apabila dalam waktu 4-6 jam setelah
penyemprotan herbisida tidak terjadi hujan. Apabila kondisi tersebut harus
dihadapi, penyemprotan harus diulang kembali. Selanjutnya areal yang sudah
disemprot diberi tanda sesuai dengan tanggal penyemprotan, daun yang sudah
mulai mengering agar dijaga dari resiko kebakaran.
ALTERNATIVE PENYIAPAN LAHAN
SECARA MEKANIS
Tidak semua lahan dipersiapkan dengan cara yang
sama, di beberapa perusahaan perkebunan besar menerapkan metode yang berbeda
tergantung dari pihak menajemen perusahaan. berikut adalah tahap-tahap land clearing tanpa ayap akar :
Penumbangan dan pengumpulan pohon
Tanaman tua ditumbangkan dengan meggunakan chain
saw atau dengan didorong sampai tumbang dengan menggunakan bulldozer. Sewaktu
penumbangan dengan chain saw tunggul
harus disisakan sepanjang 30 cm untuk memudahkan dalam pembongkaran dan
pencabutannya. Pohon karet yang sudah ditumbang kemudian di potong-potong
sesuai keperluan misalnya untuk kayu log. Ranting dan cabang biasanya
dikumpulkan sebagai sumber bahan bakar atau sebagai kayu asap.
Pembongkaran dan pengumpulan tunggul/perumpukan
Pembongkaran tunggul dilakukan dengan mendorong
tunggul yang disisakan sepanjang 30 cm menggunakan crawler tractor dan
dikumpulkan pada tiap-tiap barisan yang berjarak 10m. Di beberapa tempat
sisa-sisa tunggul masih bisa dijual sehingga akan mengurangi biaya
pengangkutan. Tunggul-tunggul yang sudah kering dikumpulkan menjadi beberapa
bagian (spot-spot) lalu dibakar. Saat ini pembakaran sudah dilarang dalam
penyiapan lahan, untuk mempercepat pelapukan sisa tunggul maka dapat dibantu
dengan penanaman kacangan penutup tanah. Untuk daerah-daerah berlereng sisa
tunggul didorong ke daerah lembahan dan diharapkan akan melapuk dengan
sendirinya.
Ripper
Ripper dilakukan apabila tahap pembongkaran sudah
selesai dan sisa-sisa tunggul sudah dirumpuk menjadi spot-spot dan tidak berada
dalam barisan lagi. Ripper dilakukan empat kali, Ripper pertama dilakukan
mengelilingi blok lalu ke arah Timur-Barat, Ripper kedua ke arah Utara-Selatan,
Ripper ketiga dan keempat kearah diagonal. Untuk lahan-lahan yang miring putaran pertama dilakukan ke atas dan
kemudian ke bawah lalu dilanjutkan dengan rippper kedua dan seterusnya. Alat
yang digunakan adalah Ripper yang ditarik dengan traktor. Tujuannya adalah
untuk mengumpulkan sisa akar yang masih tertinggal ketika pembongkaran. Dalam
pengelolaan perkebunan karet diusahakan agar akar berada di permukaan dan
terkena cahaya matahari, tujuannya adalah untuk
mengurangi potensi JAP dari sisa akar tanaman karet.
C-Tine Plow
C tine plow adalah tahapan pengumpulan akar yang
tersisa setelah di ripper. Alat yang digunakan adalah traktor yang dilengkapi
dengan C-Tine plow.
Harrow
Bajak dilakukan 2 kali . bajakan pertama ke arah
Utara-Selatan dan yang kedua ke arah Timur-Barat. Alat yang digunakan adalah
tractor yang dilengkapi dengan 24 disk flow. Tujuannya adalah untuk
menggemburkan tanah.
Pemancangan dan pembuatan lubang tanam
Pemancangan adalah tahapan pemberian tiang pancang
pada lokasi lubang tanam. Pemancangan dilakukan berdasarkan jarak pertanaman
yang akan diterapkan. Setelah dipancang beberapa hari mendekati penanaman
polibeg dilakukan pelubangan dengan holedigger
atau secara manual dengan cangkul dengan kedalaman kira-kira 50 cm. Pada saat
penanaman pertautan okulasi harus berada 10 cm di dalam tanah dari permukaan,
tujuannya adalah untuk mencegah munculnya kaki gajah.
Penanaman kacangan penutup tanah
Penanaman kacangan penutup tanah dapat dilakukan
sebelum atau sesudah bibit karet di tanam. Sebaiknya sebelum penyiapan kacangan
penutup tanah sudah dilakukan, agar ketika penanaman bibit karet kacangan sudah
mulai menutupi lahan.
III.
KONSERVASI TANAH/PENGAWETAN TANAH
Indonesia merupakan daerah
dengan iklim tropika basah, masalah erosi merupakan salah satu penyebab menurunnya
kesuburan tanah. Tanpa kita
sadari setiap tahun selapis tipis tanah permukaan tererosi. Meskipun berjalan lambat, namun proses ini
hampir secara berkesinambungan merusak lahan. Peristiwa ini terjadi pada daerah
yang sangat luas dan kesudahannya baru diketahui setelah beberapa tahun
kemudian. Guna menghindari keadaan yang lebih buruk sebagai akibat adanya erosi
tanah, dalam pengusahaan budidaya karet harus disertai usaha
konservasi/pengawetan tanah. Tujuan utamanya agar air hujan yang jatuh dapat
ditampung, ditahan lebih lama agar meresap ke dalam tanah, terdapat persediaan
air yang cukup terutama pada musim kemarau.
Pembuatan teras
Tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasi
erosi yaitu dengan pembuatan teras, benteng, rorak maupun parit di areal penanaman
karet. Cara ini dalam pengawetan tanah berfungsi untuk memperlambat aliran
permukaan dan menampung serta menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang
tidak merusak.
Tindakan pengawetan tanah
pada budidaya tanaman karet yang akan diterapkan, didasarkan pada kelas
kemiringan lahan yang ada. Berdasarkan
kemiringannya, lahan dibagi ke dalam 4 kelas
yaitu :
- Tanah
datar (0-3%)
Pada tanah datar tidak diperlukan pembuatan
benteng, rorak, maupun teras. Umumnya yang dibutuhkan yaitu adanya drainase
untuk menampung dan mengalirkan air yang berlebihan.
- Tanah
bergelombang (4-10%)
Pada daerah dengan kemiringan 3-8% mulai nampak
adanya erosi alur. Ini terjadi karena air tekonsentrasi dan mengalir pada
tempat-tempat tertentu sehingga pemindahan tanah lebih banyak terjadi pada
tempat tersebut. Untuk
mengatasinya diperlukan pembuatan benteng dan rorak.
- Tanah
berbukit (11-100%)
Pada areal berbukit yang diusahai menjadi
perkebunan karet, diperlukan pembuatan teras bersambung.
- Tanah
curam (>100%)
Pada tanah curam ditetapkan untuk tidak diusahakan
sebagai sebagai perkebunan karet tetapi dipelihara dengan penutup tanah yang
berguna ataupun sebagai hutan lindung.
Teras bersambung dibuat berdasarkan derajat
kemiringan lahan dan jarak antar kontur diambil dari rata-rata kemiringan
lahan. Makin tinggi kemiringannya maka jarak antar kontur semakin jauh. Lebar
teras sekitar 2 m dengan permukaan teras miring kedalam ke arah lereng dengan
sudut kemiringan 10o. Bagian dalam dari tiap titik penanaman dalam
teras dibuat rorak (lubang sedalam 1.5-2m) untuk menampung kelebihan air ketika
hujan turun.
Pembuatan saluran drainase
Drainase areal sering
menjadi masalah utama yang dijumpai pada daerah datar, rendahan, dan areal yang
sering kebanjiran. Selama masalah drainase belum teratasi, maka segala tindakan
kultur teknis yang diterapkan pada budidaya karet tidak akan menampakkan hasil.
Untuk mengatasinya diperlukan pembuatan saluran drainase yang berguna untuk
mencegah genangan air dan menurunkan permukaan air tanah. Banyaknya saluran tergantung
dari kondisi lahan, keadaan banjir, kedalaman gambut ataupun tinggi rendahnya
permukaan air tanah. Hal yang perlu diperhatikan sebelum membangun saluran
drainase yaitu harus direncanakan terlebih dahulu dimana titik pembuanganya,
kemana arahnya, dan berapa debit air yang harus dibuang. Dengan data yang
diperoleh selanjutnya ditentukan berapa lebar dan dalam saluran yang akan
dibuat dan tingkat jaringan saluran yang diperlukan.
IV.
PEMBANGUNAN PENUTUP TANAH
Pembangunan penutup tanah
di perkebunan karet semenjak awal masa penanaman telah menjadi baku kultur
teknis. Penutup tanah memberikan berbagai keuntungan yaitu meningkatkan
kesuburan tanah, melindungi permukaan tanah dari bahaya erosi, memperbaiki
sifat-sifat tanah akibat pembakaran, mendorong pertumbuhan tanaman karet
sehingga mempercepat tercapainya matang sadap, menekan serangan penyakit jamur akar
putih, dan menekan biaya pengendalian gulma. Secara konvensional pembangunan
kacangan dilakukan secara manual dimana pengendalian gulma dilakukan dengan
tenaga manusia. Sungguhpun cara ini efektif, tetapi membutuhkan tenaga kerja
yang banyak, biaya yang tinggi dan pengawasan yang intensif serta mendorong
terjadinya erosi tanah. Untuk mengatasi masalah tersebut di atas herbisida
dapat digunakan dalam pembangunan kacangan. Dengan pemakaian herbisida kontak
maupun pra tumbuh, pembangunan kacangan dapat dilakukan dengan biaya yang lebih
murah dan tenaga kerja yang lebih sedikit.
Pada areal peremajaan,
sebagian lahan biasanya sudah ditumbuhi oleh sisa kacangan (konvensional) pada
saat penanaman sebelumnya. Untuk mencegah timbulnya gulma di areal yang sudah
dipersiapkan sebaiknya segera ditanami kacangan. Penundaan penanaman berarti
menambah biaya penyiangan. Hal ini
berarti akan merugikan bagi pengusah karet.
Ada beberapa macam
komposisi benih kacangan yang sudah diketahui. Macam-macam komposisi ini
berkembang sesuai dengan penelitian dan pengalaman bertahun-tahu di lapangan. Beberapa
jenis kacangan yang dapat digunakan sebagai penutup tanah di perkebunan karet
diantaranya :
1.
Kacangan campuran konvensional
Kacangan campuran konvensional terdiri dari Pueraria phaseoloides, Calopogonium
mucunoides, dan Centrosena pubescens merupakan penutup
tanah yang ideal di perkebunan karet. Campuran konvensional memberikan bahan
organik dan unsur hara ke dalam tanah lebih banyak dibandingkan dengan rumput
alami, melindungi tanah dengan sempurna dari erosi, dan memberikan efek
penekanan terhadap serangan JAP.
Dapat dibangun
dengan teknik yang sederhana baik secara manual bila tenaga kerja cukup
tersedia maupun secara kimiawi. Kelemahannya yakni kurang toleran terhadap
suasana ternaung sehingga pertumbuhannya berangsur-angsur tertekan bila tajuk
tanaman karet menutup permukaan tanah.
2.
Serelum (Calopogonium
caeruleum)
Serelium memberikan bahan organik lebih banyak dari yang dihasilkan
kacangan konvensional dan melindungio permukaan tanah dari erosi setaraf atau
lebih baik dari kacangan campuran konvensional.
Secara kumulatif
serelium mendorong pertumbuhan tanaman karet setaraf atau ada kalanya lebih
baik dibandingkan campuran kacangan
konvensional. Juga berperan menekan secara efektif serangan JAP. Dibanding
dengan kacangan lainnya, serelium lebih toleran terhadap suasana ternaung dan
kekeringan, kurang disukai hama ;
selama masa TM serelium dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet. Pertumbuhan
awalnya lebih lambat menutup permukaan tanah deibanding dengan kacangan
konvensional.
- Mucuna bracteata
Mucuna bracteata merupakan jenis kacangan baru yang diintroduksi
dari negara India .
Penggunaannya di perkebunan karet baru dilakukan selama 3 tahun terakhir.
Meskipun demikian jenis kacangan ini banyak diminati pekebun karet karena dapat
secara efektif menutup permukaan tanah pada masa TBM. Secara visual penggunaan Mucuna bracteata pada areal TBM karet
dapat mendorong pertumbuhan tanaman karet setaraf dengan kacangan campuran
konvensional maupun serelium. Jenis kacangan ini menghasilkan bahan organik
cukup besar dan pertumbuhannya sangat cepat. Pengamatan di lapangan pertumbuhan
sulur kacangan yang sehat dapat mencapai >10 cm setiap 24 jam dan dengan
penanaman sama banyak dengan jumlah tegakan karet per hektar, ternyata dalam
waktu 6 bulan dapat menutup pemukaan tanah dengan sempurna. Dari kenyataan tersebut dapat dikatakan
mukana sangat efektif melindungi permukaan tanah dari erosi terutama pada masa
TBM. Dibanding dengan kacangan lainnya, Mucuna
bracteata lebih toleran terhadap suasana ternaung dan kekeringan, kurang
disukai hama dan tidak disukai ternak, sehingga jenis kacangan ini sangat cocok
untuk dipergunakan pada areal TBM yang potensial mendapat gangguan ternak lembu
maupun kambing. Selama masa TM Mucuna
bracteata masih dapat bertahan tumbuh dalam gawangan karet. Kelemahannya
karena pertumbuhan Mucuna bracteata sangat cepat, konsekuensinya frekuensi
rotasi pengendalian sulur menjadi lebih sering. Dalam dua minggu, apabila pertumbuhan sulur tidak
dikendalikan maka akan melilit batang tanaman karet.
Membangun penutup tanah
kacangan dengan herbisida pra tumbuh
Dalam menggunakan herbisida pratumbuh, prasyarat
yang harus dipenuhi sebelum penyemprotan dilakukan adalah lahan harus bebas
dari gulma yang tumbuh dan bahan pembiak vegetatif gulma serta
potongan-potongan kayu yang menghalangi kontak herbisida dengan tanah.
Penanaman biji kacangan
dilakukan secara menugal dalam 4 barisan, masing-masing berjarak 1 meter di
tengah gawangan. Campuran biji kacangan yang ditanam dicampur lagi dengan Rock Phosphat sebanyak 25 kg/ha pada
saat hendak menanam. Saat menanam biji kacangan adalah setelah tanah selesai
diolah sempurna dan bahan pembiak vegetatif gulma serta potongan-potongan kayu
telah disingkirkan.
Tabel 2. Komposisi campuran kacangan yang akan ditanam dapat dipilih
sebagai berikut :
Jenis kacangan
|
Campuran I
|
Campuran II
|
.…..kg……
|
||
Pueraria phaseoloides
|
5
|
3
|
Calopogonium mucunoides
|
5
|
2
|
Centrosema pubescens
|
5
|
1
|
Calopogonium caeruleum
|
0.25
|
0.25
|
Penyemprotan herbisida pratumbuh
dilakukan 1-2 hari sesudah penanaman kacangan. Penyemprotan dilakukan merata di
atas permukaan tanah (blanket) dengan alat penyemprot knapsak, nozel polijet
warna biru, tinggi nozel 50 cm dari permukaan tanah, kecepatan jalan menyemprot
2 km/jam.
Tabel 3. Herbisida pratumbuh yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
Herbisida
|
Bahan aktif
|
Produsen
|
Dosis (produk/ha)
|
Air pelarul (liter)
|
Gesapax
|
Ametryne, 80%wp
|
Cibe Geigy
|
2 kg
|
600
|
Tribuni
|
Methabenzthiazuron 70%wp
|
Bayer
|
2 kg
|
600
|
Goal
|
Oxyfluorfen 2% ec
|
Rohm&Has
|
1.5 liter
|
600
|
Sketsa jarak tanam penutup tanah campuran dengan tanaman utama
§
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
§
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
§
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
§
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
||||
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
||||
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
||||
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
||||
§
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
§
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
§
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
§
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
||||
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
||||
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
||||
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
||||
§
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
§
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
§
|
¨
|
©
|
ª
|
¨
|
§
|
Keterangan :
§ : Tanaman
karet
¨ : PJ , ©: CM, ª : CP
Khusus untuk penutup tanah Mucuna bracteata karena di indonesia tidak mengeluarkan biji maka
perbanyakannya dilakukan dengan cara vegetatif. Untuk pembangunan kacangan
dengan penutup tanah Mucuna bracteata
setidaknya di butuhkan jumlah bibit polibeg Mucuna dengan jumlah yang sama
dengan polibeg bibit karet. Polibeg
Mucuna di tanam di antara pohon karet pada gawangannya. Bibit harus dibawa
dengan hati-hati agar akar tidak putus dari tanah. Pada awal penanaman harus
betul-betul diperhatikan masalah penyiraman bibit Mucuna bracteata jangan sampai mengalami kekeringan.
Membangun penutup tanah
kacangan dengan herbisida kontak
Adakalanya areal yang
telah terbuka tidak segera ditanami kacangan berhubung kesulitan tenaga dan
lain-lain sehingga areal yang selesai diolah ditumbuhi gulma kembali. Pada
areal peremajaan kimiawi gulma tetap tumbuh di lapangan. Bila gulma tumbuh di
lapangan, penanaman kacangan dilakukan dengan cara membuat terlebih dahulu
jalur penanaman kacangan. Jalur penanaman kacangan dapat dibuat dengan tenaga
manual maupun dengan penyemprotan herbisida secara blanket. Bila cara manual
ditempuh, jalur penanaman kacnagn dibuat dalam gawangan sebanyak 3 jalur yang
sejajar dengan barisan karet masing-masing selebar 0.5 m, jarak antara jalur
1.5 m. Di dalam jalur kacangan yang dibuka secara manual, penanaman biji
kacangan dapat segera dilakukan. Cara manual membutuhkan tenaga yang lebih
besar.
Bila jalur dibuat dengan
penyemprotan herbisida, penyemprotan dilakukan secara blanket di dalam
gawangan. Herbisida yang digunakan adalah Para-Col 2.0-2.5 l/ha dengan air
pelarut 600 l/ha. Bila gulma terdiri dari jenis berdaun pit dan banyak jenis
berdaun lebar herbisida yang dipakai adalah cmpuran Para-Col 2.0-2.5 l ditambah
2,4D amine 1.5 l/ha dalam pelarut 600 l air.
Pemeliharaan dan pemurnian
kacangan
Pengendalian gulma yang
tumbuh diantara tanaman kacangan di dalam jalur penanaman kacngan dilakukan
secara manual dengan rotasi 3 minggu. Dalam waktu 2 bulan setelah penyemprotan
herbisida Para-Col, jalur penyemprotan Para-Col yaitu diantara jalur-jalur
kacangan dan antara kacangan dengan bariasn tanaman karet, mulai ditumbuhi
gulma kembali. Jalur tersebut disemprot ulang dengan Para-Col secara spot spraying sesuai dengan pertumbuhan
gulma. Konsentrasi herbisida Para-Col tetap sama yaitu 0.3% sedangkan jumlah
larutan disesuaikan dengan kebutuhan. Penyemprotan pemurnian biasanya perlu
dilakukan 3 kali dan herbvisida Para-Col yang diperlukan sekitar 3 l/ha.
V.
PENANAMAN TANAMAN KARET
Pemancangan
Kegiatan penanaman tanaman
karet dimulai dengan penentuan jarak tanam. Pada saat ini banyak dianut jarak
tanam yang dapat mengahasilkan kerapatan tanaman per hektar yang tinggi. Hal
ini dikarenakan pengalaman pada masa sebelumnya kerpatan tanaman pada skala 450
pohon/ha sampai dengan akhir masa penyadapan kerapatan tinggal sekitar 200
pohon/ha atau lebih rendah. Di daerah Sumatera Utara, penurunan kerapatan tanaman
dipengaruhi oleh beberapa faktor, tetapi yang terutama dikarenakan serangan
penyakit JAP dan angin. Oleh karena itu sekarang banyak pekebun memilih
menggunakan kerapatan pohon sekitar 400-500 pohon/ha.
Setelah penentuan jarak
tanam dilakukan, selanjutnya dilakukan pemancangan titik tanam di lapangan.
Dimulai dengan pancang kepala dengan arah barisan tanaman timur barat terutama
pada daerah datar, sedangkan pada daerah dengan topografi
bergelombang-berbukit, arah barisan disesuaikan dengan kontur. Idealnya jarak
antar kontur merupakan jarak antar barisan tanaman, sedangkan jarak antar
tanaman merupakan jarak penanaman dalam kontur. Diantara pancang kepala dibuat
anak pancang yang merupakan titik-titik penanaman tanaman karet. Pancang kepala
dibuat lebih tinggi dari anak pancang agar memudahkan dalam meluruskan barisan
tanam. Kompas dan tali atau kawat diperlukan untuk menentukan arah dan jarak
antar tanaman dalam barisan.
Pemancangan dan Pembuatan
lubang tanam
Lubang tanam dibuat
minimal 2 minggu sebelum tanam dengan maksud agar ada kesempatan untuk
diperiksa jumlah maupun ukurannya, tanah cukup matang dan tidak terburu-buru
waktu tanam. Pada titik pancang dibuat lubang tanam dengan ukuran 70x70x60.
Pada saat penggalian lubang tanam, tanah bagian
atas (top soil) diletakkan disebelah
kanan lubang dan sub soil diletakkan
disebelah kiri lubang tanam. Dalam
pelaksanaannya tidak jarang dijumpai lubang tanam dibuat 1-2 hari sebekum tanam
atau bersamaan waktu tanam. Hal ini tidak dianjurkan mengingat kesempatan untuk
memeriksa kebenaran ukuran lubang sangat singkat.
Sebelum penanaman dilaksanakan, terlebih dahulu
dilakukan pemupukan lubang tanam dengan menggunakan pupuk RP dengan dosis
pemupukan setiap lubang tanam 250 g. Pemberien pupuk ini dimaksudkan untuk memacu
pertumbuhan akar karet yang beru ditanam. Pupuk dicampurkan secara merata pada
tanah yang akan digunakan untuk menimbun kembali tanaman karet yang ditanam.
Penanaman karet
Penanaman karet dilakukan
pada musim hujan besar. Di Sumatera Utara musim hujan secara umum dimulai pada
bulan September, sehingga saat tersebut merupakan awal yang baik untuk memulai
penanaman dan harus berakhir sebelum awal musim kemarau. Sebelum penanaman
karet dilakukan hendaknya pemeriksaan lubang tanam sudah selesai dilakukan. Mal
ukuran lubang dapat digunakan untuk membantu dalam kecepatan pemeriksaan ukuran
lubang tanam.
Sebelum bibit diangkut ke
lapangan, hendaknya dikelompokkan terlebih dahulu untuk mendapatkan keseragaman
pertumbuhan. Selain itu bibit yang akarnya sudah menembus polibeg hendaknya
dilakukan pemutaran polibeg agar akar yang menembus tanah terputus. Pemutaran
dilakukan minimal 2 minggu sebelum bibit ditanam dengan tujuan untuk memberikan
kesempatan akar yang terputus sudah mengalami regenerasi.
Peta blok pananaman
dipersiapkan untuk mengendalikan bibit yang akan dikirim ke lapangan dan
mengatur dimana bibit harus diturunkan. Sebelum bibit dikirim ke lapangan,
hendaknya disiram air sampai kapasitas lapang dengan maksud jika setelah
ditanam tidak ada hujan beberapa hari, masih cukup persediaan airnya dan untuk mengurangi kekeringan pada
perakaran. Bibit yang polibegnya robek harus diikat dengan tali agar tidak
pecah ketika diangkut ke lapangan.
Banyak bibit yang akan
ditanam harus disesuaikan dengan kemampuan tenaga kerja, kendaraan pengangkut,
kondisi jalan, cuaca dan lain-lain agar bibit yang diangkut ke lapangan hari
itu semua dapat tertanam (tidak menginap). Pengeceran bibit polibeg perlu
dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terputusnya akar tanaman karet.
Bibit yang didistribusikan
ke lapangan diletakkan di samping lubang tanam. Dalam lubang disesuaikan dengan
tinggi polibeg. Dasar polibeg disayat dengan pisau dan bibit diletakkan dalam
lubang tanam. Dari bagian samping plastik disayat dan dilepaskan dari bibit,
diletakkan di atas pancang sebagai tanda bahwa palstik sudah dibuka.
Arah mata okulasi
diseragamkan menghadap gawangan pada tanah rata, sedangkan pada tanah yang
berlereng mata okulasi diarahkan bertolak belakang dengan dinding teras. Pada
saat penanaman, pertautan okulasi diatur sedemikian rupa sehingga setelah
ditimbun tanah, pertautan okulasi akan tertimbun sekitar 10 cm di bawah
permukaan tanah. Setelah persyaratan dipenuhi, tanah sub soil ditutupkan terlebih dahulu kemudian disusuk dengan tanah top soil. Pemadatan tanah dilakukan
dengan tangan mulai dari bagian pnggir ke arah tengah atau diinjak pelan-pelan
tetapi jangan sampai mengenai tanah polibeg. Tanah pada bagian tanaman dibuat
cembung untuk menghindari air hujan yang menggenang.
Sehari sesudah penanaman,
mandor dan pekerja yang khusus ditugaskan memeriksa areal yang sudah ditanam
untuk melakukan pengecekan penanaman. Tanaman yang ditanam terlalu dalam,
kurang dalam, miring, tergenang air, bibit kerdil yang ikut tertanam dan lain-lain
perlu segera diperbaiki atau diganti.
Pertanaman karet di Sumatera utara umumnya miring
ke arah Timur Laut hal ini disebabkan karena : deklinasi utara matahari dan
intensitas penyinaran matahari di waktu pagi lebih besar daripada sore hari.
Dengan menggunakan arah barisan tanaman Utara-Selatan maka miringnya tanaman
akan searah dengan barisan tanaman. Hal ini akan memperbesar kerusakan tanaman
karena angin. Untuk dapat menyerap energi matahari semaksimal mungkin arah
barisan tanaman hendaklah Timur-Barat dengan mata okulasi menghadap kearah
Utara-Selatan guna menghindarkan energi terik yang terlalu kuat. Dengan
menggunakan arah barisan tanaman Timur-Barat maka jumlah pohon yang langsung
menghadap angin lebih kecil, umumnya angin bertiup dari Barat ke Timur ke arah
gawangan sehingga aerasi dalam kebun lebih baik dan kerusakan akibat angin
mengecil.
No comments:
Post a Comment